Menyulap Tanaman Liar Menjadi Makanan Bergizi

Mungkin nggak siy Indonesia Emas 2045 akan terwujud, sedangkan sampai saat ini kasus malnutrisi yang terjadi di Indonesia masih lumayan banyak dan belum diatasi dengan baik..

Padahal mendapatkan gizi yang cukup dan seimbang adalah hak dasar untuk setiap individu. Tapi sayangnya bukan hanya di daerah pelosok saja, bahkan di kota-kota besar kita juga masih menemukan masalah kurang gizi, ini menjadi realitas yang menghantui.

Jika kita berbicara tentang masalah gizi, pasti akan dikaitkan dengan kondisi ekonomi, dengan kondisi angka kemiskinan. Sebenarnya meskipun dalam keadaan keterbatasan ekonomi, masyarakat kita bisa qo untuk memberikan asupan yang bergizi untuk anak-anak dan keluarganya.

Masalah asupan gizi bukan masalah yang sepele, faktanya masalah ini sangat mempengaruhi kesehatan, dan dampak yang ditimbulkan juga bisa mengakibatkan penyakit dan komplikasi tertentu. Bahkan di beberapa kasus bisa mengancam nyawa seseorang, dan jangka panjangnya bisa berpengaruh bagi perekonomian negara.

Kita tahu kalau negara Indonesia sejak dulu dikenal memiliki kekayaan alam yang melimpah. Jutaan tanaman tumbuh subur di bumi Pertiwi ini, yang nantinya bisa digunakan untuk obat atau diolah menjadi makanan yang penuh gizi. Tapi mirisnya, semua itu belum dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat kita. 

Hayu Dyah Patria Membudidayakan Tanaman Liar Menjadi Solusi Gizi di Indonesia (Dok. Tempo) 


Dia adalah Hayu Dyah Patria yang tergerak hatinya untuk ikut mengatasi permasalahan gizi. Hayu Dyah Patria lahir pada tanggal 27 Januari 1981 di Gresik, Jawa Timur, yang berhasil membudidayakan tanaman liar sebagai solusi gizi kurang di Indonesia.

Menyulap Tanaman Liar Menjadi Solusi Gizi di Indonesia

Melihat fakta bahwa angka kemiskinan di provinsi Jawa Timur mengalami penurunan yang signifikan, sayangnya tidak diikuti oleh angka perubahan gizi pada masyarakat sekitar. Sehingga membuat seorang Hayu memutar otaknya dan mulai mengenalkan pemanfaatan tanaman liar kepada warga Galengdowo. Menurutnya, ide ini bisa membawa dirinya untuk mencapai beberapa tujuan sekaligus, yaitu untuk memerangi kekurangan gizi dengan cara yang mudah diterima oleh masyarakat sekitar sekaligus untuk memperkuat ketahanan pangan. Siapa yang kepikiran jika selama ini tanaman liar yang banyak tumbuh di sekitar tempat tinggalnya, ternyata memiliki kandungan gizi yang tinggi.

Sebagai seorang ahli teknologi pangan, Hayu Dyah Patria memiliki banyak mimpi, dan salah satu mimpinya adalah meningkatkan status gizi di masyarakat. Wanita lulusan Fakultas Teknologi Pangan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya ini mulai melakukan banyak penelitian, dimulai dari sumber pangan yang ada disekitarnya, mudah dijangkau dan mudah dikembangkan. Akhirnya pilihan beliau jatuh kepada tanaman-tanaman liar yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber makanan sehat untuk masyarakat.

Manfaat Besar Tanaman Liar

Banyak diantara kita yang menganggap seperti namanya tanaman liar merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki, sebab tumbuh secara liar di sekitar perkebunan, hutan, pertanian, bahkan di sekitar tempat tinggal kita. Padahal ada beberapa jenis tanaman liar yang bermanfaat untuk kesehatan dan obat.

Yes, dari hasil penelitiannya ternyata dari tanaman liar tersebut menunjukkan adanya potensi gizi serta vitamin yang dapat diperoleh dari tanaman liar seperti Daun Krokot, Daun Kastuba, dan Jelatang.

Tanaman Liar Krokot, yang Sering Diabaikan

Kalian tau nggak, kalau daun krokot yang sering dijadikan sebagai makanan jangkrik ternyata memiliki kandungan dan nutrisi yang baik untuk kesehatan. Tumbuhan krokot mengandung kalsium dan magnesium yang baik untuk kesehatan tulang, selain itu tanaman ini juga mengandung vitamin, mineral, dan antioksidan yang baik untuk kesehatan tubuh. Mungkin selama ini masyarakat sekitar tempat tinggal Hayu mengabaikannya dan sering dibuang.

Begitu juga dengan jenis tanaman liar lainnya, seperti daun Kastuba dan Jelatang yang sering dianggap hama, ternyata memiliki banyak nutrisi seperti kalsium, Vitamin A, C dan D.

Melihat hasil penelitiannya, pada tahun 2009 menjadi titik awal bagi Hayu untuk mulai memberdayakan ibu-ibu di sekitar Desa Galengdowo, Jombang, Jawa Timur untuk memanfaatkan tanaman liar tersebut sebagai sumber bahan makanan sehat. Ternyata masyarakat Desa Galengdowo menyambut hal ini dengan antusias. Hingga akhirnya mereka mulai mengolah tanaman liar tersebut bukan hanya sekedar sebagai makanan sehat saja, tapi juga masyarakat memanfaatkan tanaman liar tersebut menjadi sejumlah pangan sehat, seperti selai, kue, aneka minuman dan yang lainnya.

Dok. BBC

Sehingga yang tadinya dimanfaatkan untuk makanan kesehatan, oleh masyarakat dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan lain dari berbagai produk yang dihasilkan. Apalagi keberadaan tanaman liar tersebut mudah didapat dan tinggal di petik saja. Kalau ada sumber pemenuhan gizi dari tanaman liar yang murah, mudah didapat kenapa harus bersusah payah keluar uang lebih hanya untuk memenuhi asupan gizi.

Hayu Dyah Patria dan Penghargaan SATU Indonesia Award 2011

Perkenalannya dengan tanaman liar pada tahun 2004, dimana saat itu ketika masih menjadi mahasiswa, Hayu hendak membuat penelitian tentang kandungan gizi mangrove, lanjut melakukan penelitian tentang tanaman liar hingga berhasil mengidentifikasi sekitar 300 spesies tanaman liar. Hayu juga berhasil mengundang kalangan akademis dan peneliti untuk menemukan kandungan nutrisi tanaman pangan liar dan berhasil meneliti 10 tanaman pangan liar secara mendalam.

Bukan hanya itu saja, pada tahun 2009 Hayu juga mendirikan Mantasa yang merupakan lembaga penelitian multidisiplin yang berfokus pada penelitian tanaman liar. Mantasa bekerja sama dengan masyarakat adat dan lokal di berbagai daerah di Indonesia, terutama dengan kelompok perempuan dan pemuda. Tentu saja kerja sama ini untuk menegakkan ketahanan pangan dan gizi melalui pemanfaatan tanaman liar yang dapat dimakan, dimana sebelumnya tanaman tersebut sering dilupakan.

Dampak dari semua itu, masyarakat bukan hanya mulai mengkonsumsi lebih banyak tanaman pangan liar saja, tapi dampaknya bagi Desa Galengdowo adalah desa ini sudah memberikan presentasi di luar negeri mengenai apa yang telah mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan asupan gizi.

Karena dedikasi yang memanfaatkan tumbuhan liar menjadi solusi gizi di masyarakat dan berkat dokumentasinya pada alternatif pangan lokal, pada tahun 2011 Hayu Dyah Patria terpilih sebagai salah satu dari lima orang pemenang penghargaan SATU Indonesia Awards yang merupakan bentuk apresiasi Astra bagi Anak Bangsa yang telah berkontribusi untuk mendukung terciptanya kehidupan berkelanjutan melalui bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi. 

Well, kisah Hayu ini jujur sangat menginspirasi saya pribadi dan semakin semangat untuk memberikan asupan gizi yang baik kepada anak-anak, dan tentu saja untuk ikut berperan bersama pemerintah mengurangi permasalahan asupan gizi di Indonesia.

Tidak ada komentar

Terima kasih sudah mampir di Blog saya, semoga bermanfaat.
Tunggu kunjungan balik saya di Blog kalian.

Salam hangat