Kisah Inspiratif Muhammad Farid, Bayar Uang Sekolah Dengan Sayur

Demi membantu anak Dhuafa, pria asal Banyuwangi ini membangun sekolah dengan bayar pakai sayur dan doa. Biasanya seikat sayur yang kerap rutinitas saya beli untuk menemani sarapan, atau untuk dijadikan lauk makan siang atau makan malam.

Namun, berbeda dengan Muhammad Farid keberadaan sayuran ternyata bukan hanya sekedar diolah untuk dijadikan lauk saja dan dinikmati bersama keluarga, Farid kelahiran 19 April 1976 melalui kepeduliannya yang tinggi terhadap dunia pendidikan, meraih Apresiasi Satu Indonesia Award pada tahun 2010.

Muhammad Farid Pendiri Banyuwangi Islamic School
(Foto : Kompas/Anggar Putranto)

Masuk akal nggak siy, gara-gara sayur qo bisa meraih apresiasi? Aneh, tapi inilah kisah inspiratif Muhammad Farid yang meraih prestasi karena telah membantu menyelamatkan anak-anak putus sekolah di The Sunrise of Java, Banyuwangi. Keunikan dari sekolah ini adalah membayar biaya sekolah dengan sayur dan doa.

Disaat masyarakat pusing dengan semakin tingginya biaya sekolah, dan lebih parahnya lagi masih banyak masyarakat kita yang sulit mendapatkan akses dan keterbatasan untuk pendidikan. Entah itu karena faktor fasilitas yang tidak memadai atau infrastruktur yang tidak mendukung.

Tapi dialah Farid dengan Terobosan uniknya bisa mendirikan Banyuwangi Islamic School (BIS) sejak tahun 2005 yang terletak di Dusun Jenesari, Desa Genteng Kulon, Kec. Genteng, Kab. Banyuwangi Jawa Timur.


Muhammad Farid Pendiri Banyuwangi Islamic School atau Sekolah Alam Bayar Menggunakan Sayur dan Doa

Sekolah ini dibangun Farid dengan niat membantu dan memberikan kesempatan kepada masyarakat yang tidak mampu agar mereka bisa mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Karena memang idealnya anak-anak Indonesia dengan tidak memandang geografis baik yang tinggal di kota atau desa memiliki akses pendidikan yang terjangkau dan berkualitas.

Awal dari mendirikan sekolah alam ini, Farid dan sahabatnya Suryanto melakukan studi banding ke sebuah sekolah yang ada di daerah Jakarta, dan tertarik dengan konsep sekolah alam. Dimana saya ketahui dari beberapa teman saya yang anaknya sekolah alam yang ada di Jakarta ternyata biayanya nggak sedikit lho, alias mahal.

Konsep pendidikannya diambil oleh Farid, tapi alih-alih membebankan biaya uang sekolah yang mahal, warga yang kurang mampu diperbolehkan membayar sekolah dengan sayur mayur. Tak berhenti sampai disitu, bagi anak-anak yang tidak mampu membayar dengan sayur, bisa membayar sekolah dengan doa. MasyaAllah..

Meskipun bayar uang sekolah dengan sayur dan doa, bukan berarti sekolah alam yang didirikan Farid ini sekolah kaleng-kaleng ya. Tapi sekolah alam ini memiliki metode pembelajaran yang inspiratif, aktivitas anak-anak tidak hanya terbatas di ruang kelas saja, tapi juga outdoor activity, seperti field study, home travel, reward, outbound, tadabbur alam, pembudayaan amaliah. Identik dengan sekolah alam pada umumnya maka kegiatan siswa lebih banyak di ruang terbuka.

Makanya nggak heran jika akhirnya sekolah alam Farid ini menjadi model bagi sekolah lainnya.

Tentunya membangun sekolah alam ini tidaklah mudah, bahkan pada saat baru berdiri tidak ada anak yang mau mendaftar sehingga Farid harus mengunjungi dari rumah ke rumah untuk mencari anak yang tidak sekolah karena keterbatasan biaya untuk bersekolah di tempatnya. 

Memaksimalkan luas lahan wakaf 3000 meter persegi, pada awalnya bisa dikatakan sangat sederhana. Tapi berjalannya waktu, memiliki kreativitas dalam kurikulum pelajaran, mengemas pendidikan alam ini dengan cara membumi, dimana para siswanya dibekali keterampilan khusus, mandiri, inovatif dan kreatif. Dengan terus meningkatkan kualitas pendidikan dan sadar pentingnya kolaborasi dunia pendidikan menjadikan sekolah alam ini diakui dan naik kelas.

Berkah Doa

Kita semua pasti setuju tidak ada yang bisa menandingi kekuatan doa. Berkah dari doa para wali murid dan anak-anak, tidak terbebani dengan biaya mahal untuk bersekolah, memiliki kurikulum kreatif, dimana siswanya mampu berkomunikasi dengan bahasa Mandarin, Jepang dan Inggris. Siapa sangka sekolah yang bayarnya dengan sayur dan doa ternyata bisa mendapatkan kesempatan dan mencicipi pendidikan yang berkualitas.

Selain itu sistem pembelajaran Banyuwangi Islamic School ini juga mengadopsi pembelajaran ala pesantren modern dan pesantren dengan metode salafiyah. Hasilnya anak-anak juga bisa menguasai bahasa arab dan menanamkan nilai-nilai agama.

Model Pembelajaran

Banyuwangi Islamic School memiliki beberapa perbedaan dengan sekolah lainnya. Para siswa BIS tidak belajar di dalam kelas, mereka lebih banyak belajar di ruang terbuka. Saat belajar para siswa lebih dipersilahkan mencari tempat yang menurut mereka nyaman secara berkelompok masing-masing. Sekolah alam ini juga tidak mewajibkan untuk memakai seragam, para siswa juga diberikan kebebasan untuk menggunakan sepatu atau sandal.

Pembelajaran di BIS menerapkan tutor sebaya, yaitu dimana siswa yang mendapat kesempatan mengajar bagi teman sekelompoknya dengan pendamping dan bimbingan dari guru, yang sifatnya hanya sebagai pendamping dan evaluator saja. 

Belajar mengajar menggunakan sistem tutor sebaya
(Foto : Muhammad Farid)

Sedangkan untuk belajar mengajar menggunakan sistem tutor sebaya, tujuannya agar para siswa memiliki keberanian dan kepercayaan diri. Dengan sistem ini juga para siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar sendiri, memiliki keterampilan dan dibekali dengan berpikir kritis dan kreatif.

Keahlian seperti ini sangat diperlukan, apalagi generasi saat ini yang penuh dengan tantangan dan era globalisasi, supaya nantinya bisa mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari dan bisa bersaing dengan yang lainnya.

Sekali lagi niat Farid membangun sekolah ini, agar anak-anak yang kurang mampu bisa mendapatkan pendidikan yang berkualitas, karena itu adalah hak setiap anak. Tidak terbatas bagi mereka yang berduit saja. Harapan Farid juga melalui metode pembelajaran yang ada, anak-anak di BIS bisa bermanfaat di seluruh Indonesia.

Tidak ada komentar

Terima kasih sudah mampir di Blog saya, semoga bermanfaat.
Tunggu kunjungan balik saya di Blog kalian.

Salam hangat