Kamu tau nggak siy, bagaimana Produktivitas dan Daya Saing Pertanian dan Industri Makanan di Indonesia saat ini?
Sedangkan jumlah populasi pertumbuhan penduduk dunia di tahun 2045 diperkirakan akan menembus angka 9 miliar jiwa.. Wow
Tentu saja masalah pangan menjadi tantangan bagi Indonesia bahkan kebutuhan dunia juga. Mampukah ketahanan pangan Indonesia memenuhi kebutuhan masyarakat, sementara jumlah penduduk di Indonesia sendiri terus meningkat.
So, sebelum kita membahas hal tersebut. Kalian sudah tau belum apa ketahanan pangan itu? Jadi ketahanan pangan menurut UU No. 18/2012 yaitu kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya.
Selain itu pangan tersebut juga harus aman, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
Sehingga masalah ketahanan pangan ini menjadi fokus utama pemerintah untuk terus melakukan peningkatan sekaligis pendampingan para pelaku usaha, yang diharapkan melalui industri pangan ini dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan perekonomian bangsa.
Berbicara mengenai ketahanan pangan jelas suatu hal yang menarik. Oleh karena itu Kadin Indonesia mengadakan Rakornas Agribisnis Kadin 2019 dengan tema Produktivitas dan Daya Saing Pertanian dan Industri Pangan.
Acara ini diadakan pada tanggal 5 November 2019, bertempat di Bali Room Hotel Indonesia Kempinski. Acara yang dihadiri oleh para Ketua dan anggota Kadin Indonesia ini terdiri dari 3 panel diskusi, yaitu :
- Panel Diskusi I : Meningkatkan Produktivitas melalui penyedia lahan, bibit dan teknologi dalam menghadapi perubahan iklim
- Panel Diskusi II : Ekosistem investasi ketahanan Pangan dan daya saing ekspor
- Panel Diskusi III : Access to Finance
Dalam acara ini hadir Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P Roeslani, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Agrabinis, Pangan & Kehutanan Franky O Widjaja, serta Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pengolahan Makanan dan Industri Peternakan Juan P. Adoe.
Selain itu hadir pula Deputi Bidang Koordinasi Pangan & Pertanian Kemenko Bidang Perekonomian Musdhalifah Mahmud, serta hadir pula Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Broedjonegoro.
Rakornas Agribisnis Kadin 2019, Kita Butuh Pemikiran dan juga Aksi
Meskipun Sumber Daya Manusia (SDM) berlimpah tapi hal tersebut tidaklah cukup. Kita butuh pemikiran dan juga aksi apalagi pertumbuhan penduduk Indonesia terus bertambah, jadi kita juga harus meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan Pangan Nasional.
Hal ini juga disampaikan oleh Bapak Juan Permata Adoe selaku Wakil Ketua umum Kadin Indonesia bidang PMIP (Pengolahan Makanan & Industri Peternakan) yang mengatakan bahwa ruang pertumbuhan ekonomi berada di bidang pertanian dan pangan.
Dalam Rakornas Kadin 2019 ini juga membahas faktor-faktor kebijakan serta pelaksanaan bisnis yang memerlukan terobosan baru di era digital 4.0.
Kalian tau nggak, ternyata bidang pertanian menyumbang 1% untuk GDP, meskipun mayoritas produktivitas masih tinggi dari kelapa sawit, karena komoditas yang lain masih belum optimal.
Bapak Franky O.Widjaja selaku Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang APK (Agribisnis, Pangan, dan Kehutanan) berharap dalam 5 tahun kedepan Indonesia dapat mengoptimakkan bidang Agribisnis.
Beliau juga mengatakan meskipun di bidang agribisnis telah memperkerjakan 500 ribu pekerja namun produktivitas Indonesia cenderung masih kurang dibandingkan dengan negara Thailand, Vietnam dan Filipina.
Tapi Indonesia masih memiliki potensi untuk meningkatkan sektor agribisnis ini menjadi 1,5% dalam 5 tahun kedepan dengan 5 program yang menjadi fokus, yaitu :
Beliau juga mengatakan meskipun di bidang agribisnis telah memperkerjakan 500 ribu pekerja namun produktivitas Indonesia cenderung masih kurang dibandingkan dengan negara Thailand, Vietnam dan Filipina.
Tapi Indonesia masih memiliki potensi untuk meningkatkan sektor agribisnis ini menjadi 1,5% dalam 5 tahun kedepan dengan 5 program yang menjadi fokus, yaitu :
- SDM
- Melanjutkan infrastruktur
- Penyederhanaan Regulasi
- Reformasi birokrasi dalam hal memprioritaskan investasi dalam menciptakan lapangan pekerjaan
- dan Transformasi ekonomi
Untuk mewujudkan program tersebut perlu adanya dukungan teknologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan bidang Pertanian dan juga Pangan. Senada dengan yang disampaikan oleh Ibu Musdhalifah Mahmud dari Menko Perekonomian yang menyatakan bahwa penting menyinergikan inovasi dan teknologi dalam bidang ini agar Produktivitas dan Ekonomi dapat meningkat.
Lantas, seberapa kuat ketahanan pangan Indonesia? Berdasarkan data The Economist Intelligence Unit tahun 2014-2018, indeks ketahanan pangan di Indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Dimana pada tahun 2014 indeks ketahanan pangan di Indonesia mencapai 46,5 indeks, dan pada tahun 2018 mencapai 54,8 indeks. It means ada kenaikan yang lumayan. Bahkan, berdasarkan data dari Global Food Security Index (GFSI), Indonesia berada pada peringkat ke-65 dunia dan ke-5 di ASEAN.
Tentunya usaha pemerintah melalui Kementrian Pertanian ini patut untuk kita apresiasi. Dimana pencapaian indeks ketahanan Pangan tersebut bisa dilakukan meskipun laju pertumbuhan penduduk setiap tahunnya selalu meningkat.
Bagaimana Produktivitas dan Daya Saing Pertanian dan Industri Makanan di Indonesia saat ini?
Meskipun indeks ketahanan pangan di Indonesia meningkat, tetap saja harus ditingkatkan lagi dan dibutuhkan adanya kerjasama dari seluruh lapisan.
Apalagi tantangan di dunia mengenai pertanian dan pangan ini cukup banyak, diantaranya :
▪ Tuntutan kualitas dari konsumen
▪ Trend dan pilihan konsumen
▪ Menurunya kualitas SDM
Maka dari itu, Menristek RI, Bapak Bambang Broedjonegoro membahas tentang bagaimana meningkatkan produktivitas dan daya saing pertanian melalui bibit dan teknologi dalam menghadapi perubahan iklim.
Kamu tau siapa itu Petani? Petani adalah pengusaha di bidang pertanian, jadi tidak terbatas dengan orang yang bekerja di sawah dan lahan .
Oleh karena itu kita dorong para petani mulai dari level yang paling kecil untuk berpikir seperti pengusaha di bidang pertanian, kita libatkan mereka dan mulai bermitra bersama. Pendekatan kemitraan ini perlu dilakukan bahkan harus diperluas dan lebih diintensifkan.
Kenapa? Soalnya melalui pendekatan ini dapat meningkatkan kesejahteraan dan menekan inflasi plus bisa menekan angka kemiskinan.
Lalu, industri yang berbasis pertanian juga harus dijadikan prioritas dalam konteks transformasi ekonomi, segingga automatis produktivitas juga harus lebih ditingkatkan.
Makanya arah research & development di Indonesia akan lebih diarahkan ke riset yang ;
1. Dapat dikembangkan secara komersial
2. Hasilnya bisa dirasakan langsung hasil/dampaknya oleh masyarakat
Selama ini memang banyak inovasi yang dilakukan, tapi masih banyak prototype hasil research & development yang tidak menjadi produk komersil. Seharusnya prinsip efisiensi dan kebutuhan pasar perlu dipergitungkan.
Salah satu contoh riset yang diprioritaskan yaitu rekayasa genetika dan juga pemuliaan tanaman. Riset pertanian yang dilakukan ini juga harus berbasis kawasan, yaitu dengan dilakukan spesifik lokasi. Mengingat iklim dan kondisi di Indonesia yang majemuk jadi harus tahan terhadap perubahan iklim.
Oleh karena itu sangat diharapkan para pengusaha juga melirik teknologi dan inovasi yang ada di Indonesia dan juga dapat berinteraksi dengan para tim penelitian.
Karena adanya perubahan iklim yang majemuk di Indonesia, BMKG saat ini memiliki Sekolah Lapang Iklim untuk para penyeluruh agar dapar meneruskan informasi mengenai perubahan iklim.
Selain beberapa hal diatas, ada yang harus diperhatikan dan tidak kalah penting untuk meningkatkan kreativitas dan daya saing pertanian dan Industri makanan di Indonesia, yaitu Penanaman Modal Asing (PMA) di sektor pangan dimana pada kuartal I/2019 mencapai nilai US$376 juta. Harapannya di masa depan sektor ini dapat lebih menarik banyak investor.
Langkah lainnya yaitu access to finance bagi petani, yang saat ini masih menjadi masalah utama dalam mewujudkan program-program ketahanan pangan, terutana bagi mereka petani-petani yang ada di daerah terpencil.
Untungnya saat ini sudah banyak bermunculan perusahaan fintech yang diawasi oleh OJK, sehingga hal ini bisa menjadi solusi layanan keuangan bagi masyarakat yang belum memiliki akses ke instusi perbankan.
Harapannya dengan hadirnya peserta yang lebih dari 200 orang dari sektor agribisnis, asosiasi petani, perbankan dan lain-lain dari seluruh Indonesia ini semua masukan dan rekomendasi yang dihasilkan dari Rakornas Agrabisnis Kadin 2019 ini bisa membawa perubahan yang lebih baik untuk bangsa Indonesia.
Aamiin
Tidak ada komentar
Terima kasih sudah mampir di Blog saya, semoga bermanfaat.
Tunggu kunjungan balik saya di Blog kalian.
Salam hangat